Written by Yanete Wori Hana, VDMS grantee from Nusa Cendana University (UNDANA), Kupang
Saya Yanete Wori Hana atau lebih akrab dipanggil dengan sebutan Yanet adalah salah satu Mahasiswa Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana. Menjadi seorang mahasiswa prodi Kehutanan bukanlah satu mimpi yang ingin saya capai pada awalnya. Sejak berada di Sekolah Dasar (SD) hingga SMA saya masih memiliki satu mimpi menjadi seorang dokter. Saat itu, saya hanya melihat menjadi seorang dokter dari kacamata bagaimana cara pandang masyarakat terhadap status sosialnya. Senyatanya, phobia akan hal-hal yang berkenaan dengan medis seperti penanganan korban kecelakaan, cucuran darah tak wajar dan sebagainya melekat dalam diriku.
Kesadaran meredakan ego untuk menjadi seorang dokter terjadi saat memasuki akhir semester kelas 11 SMA. Terbesit dalam pikiran bahwa dokter adalah perantara tangan Tuhan dalam mengangkat penyakit dan meredakan rasa sakit yang dirasakan orang lain, betapa mulianya profesi itu dengan tanggug jawab yang sangat besar. Saya pasrahkan mimpi lama itu dan menggantinya dengan memilih untuk menjadi seorang Bidan. Namun, dengan perasaan sedih ayah saya mengatakan “nak, kalau kamu mempertahankan apa yang kamu mau ayah tidak mampu nak karena disisi lain ayah harus membiayai kakak sulung kamu”. Akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti tes Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) di Kupang, tepatnya di Universitas Nusa Cendana dengan pilihan pertama Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) kedua FKIP Biologi dan ketiga FKIP Kimia. Namun keberuntungan belum berpihak dengan saya. Tidak putus asa saya mengikuti ujian dengan jalur mandiri di Universitas Nusa Cendana dimana saat itu di UNDANA membuka empat Program Studi Baru dan saya memilih jurusan yang berkaitan dengan IPA yaitu Kehutanan walaupun senyatanya tidak sesuai dengan keinginan saya.
“Tak kenal maka tak sayang”, mungkin petuah ini menjadi panutan yang tepat. Seiring berjalan waktu saya berusaha mengembangkan diri untuk lebih mengenal ilmu Kehutanan. Perlahan saya mulai keluar dari zona nyaman, hingga kini tidak ada penyesalan sedikitpun dengan semua pengalaman dan proses selama masa perkulihan yang bukan keinginan saya awalnya, karena semuanya adalah proses pembelajaran. Banyak hikmah yang saya ambil dalam beberapa tahun ini sehingga sekarang saya menjadi pribadi yang lebih bersyukur dan lebih menghargai proses. Kisah saya membuktikan bahwa apabila ingin mencapai kesuksesan, kita perlu menjadi individu yang mau bekerja keras dan juga tidak pernah putus asa meski hal yang kita hadapi tidak sesuai dengan keiginan kita, karena hal yang baik menurut kita belum tentu menjadi yang terbaik bagi kita. Jika kita terus berusaha dan percaya pada kemampuan diri sendiri pasti suatu saat nanti keberhasilan akan kita capai. Semoga kisah saya bisa menginspirasi bagi teman-teman yang salah masuk jurusan untuk tetap semangat dan membuktikan bahwa kesalahan bukan berarti kegagalan.
Summary:
Today, Yanete Wori Hana is a student of University Nusa Cendana within Forestry Majority. At firstly faced problem come from her while that majority not an aim to hold in prior. Since elementary until senior high school a while, she already dream to be a Doctor actually. But several things came and she does not to release it come thru. Economy factor, the phobia to medical problem is being on, and other to be reason. As a struggle maker, she is an enthusiastic women to having a highly education to level university as tough the majority that she choose out of field to healthy program. The surrender never stop into own. She had SBMPTN applied in University Nusa Cendana. The result she not passed yet to won. So she already trying in other field gate to applying and she applied and passed a position in forestry majority as a while she no does yet around that turned out. For last she already be thanks God and do it by seriously as well as she come out of her comfort zone to deepen knowing that majority and now she already beloved to that is and so exited within future success in her hand.
A2A E – Newsletter Vol. 62| IV | 2017