Written by Annisa Taqwa Zazi Muslim, VDMS Alumna from Hang Tuah University (UHT), Surabaya
Indonesia Darurat Narkoba! Begitulah slogan yang kerap kita dengar ditengah usaha pemerintah melakukan pemberantasan narkoba. Kepala BNN, Komjen Pol Anang Iskandar mengatakan bahwa jumlah pengguna narkoba di Indonesia kurang lebih mencapai 4 juta jiwa, dengan angka meninggal 30-50 orang per hari (new.liputan6.com-2015). Dewasa ini, sebagian penyalahgunaan narkoba bukan lagi kejahatan tersembunyi yang membutuhkan penyelidikan tingkat tinggi dalam menguak peredarannya. Membongkar permasalahan narkoba ibarat mencari benang putih diatas lembaran kain hitam.
Pergeseran pemetaan target lokasi yang sebelumnya eksklusif dan terkesan terkotak-kotak sekarang semakin meluas. Pihak berwajib mampu mengendus kejahatan narkoba di lokasi-lokasi umum. Lokasinya bukan lagi diskotik dan kafe ternama namun warung kopi dan giras pinggiran jalan. Narkoba bukan lagi milik para usia dewasa yang konon katanya memiliki segudang masalah, eksekutif muda dengan waktu kerja di luar batas, dan anak juragan kaya raya yang bingung harus melangkah kemana dengan kekayaan tiada habisnya. Sebaliknya, narkoba dekat dengan anak-anak di wilayah rel kereta. Pun, narkoba yang dicap terjadi pada anak broken home, nyatanya telah berubah. Mereka yang hidup dengan dukungan penuh keluarga dapat terjerumus karena lingkungan yang tak terarah. Singkatnya, narkoba menjarah ke setiap sudut kota, menyelinap ke segala usia, dan menyentuh berbagai profesi.
Sejatinya telah banyak aksi nyata yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dalam pemberantasan narkoba. Usaha preventif seperti sosialisasi bahaya narkoba, peer educator remaja, komunitas pemberantasan narkoba, organisasi peduli penyalahgunaan narkoba baik disekolah maupun kampus, tes urin masal, hingga kegiatan memasukkan materi narkoba pada pembelajaran disekolah telah dilaksanakan hingga saat ini. Wujud nyata pemerintah juga ditunjukkan dengan adanya program rehabilitasi secara gratis kepada pecandu narkoba yang dilaksanakan sejak April 2015. Berbagai media juga telah banyak memberitakan keberhasilan penangkapan bandar narkoba dan pengungkapan penyelundupan besar. Tidak tanggung-tanggung, kebijakan hukuman mati telah dicanangkan bagi bandar narkoba. Keadaan ini menunjukkan bahwa berkembangnya kasus penyalahgunaan narkoba sejatinya telah diikuti dengan usaha pencegahan dan penanggulangannya. Pertanyaan selanjutnya, mengapa narkoba masih merajalela bahkan semakin tak terkendalikan?
Menutup kasus narkoba yang massive tidak semudah membuka telapak tangan. Mengingat permasalahan narkoba cukup kompleks. Dibutuhkan sinergi seluruh stakeholder untuk bersama menyelamatkan generasi bangsa dari kejahatan narkoba. Selain itu, banyak faktor yang mempengaruhi perluasan narkoba mulai dari faktor internal dan eksternal. Upaya penanggulangan narkoba juga perlu dilakukan secara komprehensif dengan memadukan semua unsur bidang keilmuan. Narkoba itu dekat, sangat dekat hingga terkadang kita tidak sadar orang- orang terdekat kita telah menjadi korban. Mari peduli, mulai dari diri sendiri dan keluarga. Jauhi narkobanya, selamatkan penggunanya!
Summary:
Indonesia Emergency Drugs! That is the slogan that we often hear in the midst of government efforts to solve drug problems. Mapping of previously exclusive target, the target location is now widespread. Drugs looted into every corner of the city, sneaking into all ages, and touching various professions. Indeed, there have been many concrete actions taken by the government and society in eradicating drugs. Yet, why are drugs still rampant even more uncontrolled? Given the problem of drugs is quite complex. It takes the synergy of all stakeholders to jointly save the nation’s generation from drug crimes. In addition, many factors affect the expansion of drugs. Drug countermeasures also need to be done comprehensively by integrating all elements of the field of science. Drugs are close, so close that sometimes we do not realize that our closest people have become victims. Let’s care, starting from yourselves and family. Stay away from the drugs, save the victims!
A2A E – Newsletter Vol. 64| VI | 2017