1. Hilang dan ditemukan
Perkenalkan nama saya Ayu Asri Devi Adityawati, biasa dipanggil Ayu Devi. Saya seorang mantan penerima beasiswa VDMS di Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Boleh disingkat saya adalah seorang dokter umum alumni VDMS.
Seorang alumni berarti sudah tidak ada lagi uang saku bulanan dari VDMS hehehe… Ya antara rela tidak rela sih karena pinginnya seterusnya dibiayain sampai jenjang sekolah yang tinggi – tinggi, tapi over all saya menikmati tahun demi tahun ketika menerima beasiswa selama saya menjadi mahasiswa S1 dan tentunya sekarang saya menikmati menjadi alumni.
Awalnya saya sempat hilang kontak dengan VDMS ketika saya bebas dari beasiswa dan sibuk mengurus pendidikan profesi saya di rumah sakit, ya mungkin tidak sepenuhnya hilang kontak tapi serasa seperti anak kehilangan orang tuanya di mall alias hilang sesaat kemudian ditemukan kembali.
Entah kapan saya tidak ingat pastinya yang jelas pada saat hilang itu saya merasa sepi. Saya terbiasa aktif dalam berbagai kegiatan selama kuliah tapi kenapa sekarang saya hanya monoton di RS merawat pasien saja. Disitulah saya mencoba untuk kontak lagi dengan berbagai organisasi yang saya pernah ikuti dahulu. Salah satu yang menjadi rumah saya adalah VDMS, akhirnya saya mulai coba berkenalan dengan teman-teman sesama alumni VDMS. Dari situlah muncul ide kita mau apa ya untuk memunculkan kembali nama Jawa Timur di ranah VDMS seluruh indonesia, apalagi dipanas-panasin lewat udate kegiatan alumni-alumni lainnya.
Awal kegiatan pasti kita cuma wacana-wacana saja, gagal terus. Banyak rapat tapi tidak ada realisasi kegiatan. Gregetan jelaslah ya, apalagi saya tipe orang koleris makin menggila lagi kalau liat sesuatu tidak berjalan sesuai dengan rencana. Syukurlah saya dan teman teman di alumni Jawa Timur segera memperbaiki diri dengan mengevaluasi ada apa sih kenapa selalu gagal terus bikin kegiatan dan tercetuslah ide untuk aksi ajalah walopun persiapan ga seberapa tapi tetep genjot aksinya apapun itu hasilnya. Ternyata kita terbiasa dengan aksi dadakan ini dan untungnya persiapan mepet tapi hasil tetap optimal.
Menjalani hari sebagai bagian dari alumni jatim membuat saya melatih kepedulian terhadap isu – isu apapun karena disini saya tidak berkumpul pada lingkungan yang satu bidang dengan saya. Namun yang masih ingin terus saya ciptakan adalah bagaimana membentuk karakter adik – adik lainnya yang akan menjadi alumni agar lebih peka terhadap daya dukungnya untuk wadah alumni ini. Bukan sesuatu yang mudah tapi saya yakin saya dan teman – teman yang sekarang sudah ada di alumni jatim – bali bisa memecahkan situasi tersebut. Terimakasih.
Summary:
dr. Ayu Devi is a VDMS alumni from Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. After graduating from the university, she was very busy with her internship at the hospital and lost contact with VDMS for a period of time. During this time she felt like a “prodigal son” who has gone too far away once she was occupied with a lot of workload. She then tried to contact her friends from VDMS to build the network again, especially after seeing the other RRs conducted many interesting events but her own RR. She noticed that the main problem they faced was the imbalance between planning and action – they kept planning without implementing the plan. They solved the problem by shortening the preparation time and went right away with the implementation even when the plan was not perfect yet. She hopes that VDMS alumni and grantees will support and be more involved with the RR events in the future.
2. Impact isn’t easy to get but once we get it, it’ll echoed in our heart for a long time
Yudis Jayaprabhowo, alumnus Wijaya Kusuma University Surabaya (UWKS)
It took a while for me to finally can get involve again in VDMS gathering, especially after finishing the graduation. At the beginning, I felt shy because I did not get involved as much as other friends coming from the same region.
As I joined VDMS members again, I got support from other members on our WhatsApp group, and it gave me new spirit to start new projects.
I was so happy to see new members from many universities with new ideas for planning projects. It makes me believe that ideas will never end and the spirit of helping others will never too.
Although I did not participate much, I was so glad to have more new friends and we can share some ideas for future projects.
I believe it will impact many people especially the community or those that we have planned to serve. I hope i can participate in more projects someday.
Thanks a lot for giving me experiences to be a part of ‘agents of change’ in VDMS alumni group.
3. Limpat Salamat, VDMS grantees from Airlangga University (UNAIR)
Sebagaimana yang diketahui, selama menerima beasiswa vdms ini kita juga secara langsung menambah link. Utamanya dengan para alumnee penerima beasiswa yang sama. Nah khusus untuk alumni vdms jatiim ini, kita lumayan sering banget ngadain acara. Contohnya seperti bukber, sosialisasi ahiv/aids dll. Sayangnya saya belum sempat ikut partisipasi acaranya kemarin, tapi dari hasilnya yang selalu di florkan di grup membuat kita tahu seberapa serunya dan berdampaknya kegiatan tersebut bagi para peserta dari setiap kegiatannya. Mungkin berikutnya kegiatan dapat difixkan agak jauh hari agar saya dapat berpartisipasi langsung dengan kegiatan alumni jatim. Sehingga selain dapat mengakrabkan diri dengan para alumni, juga dapat bermanfaat dan membantu bagi yang membutuhkan. Dan saat ini juga lagi dirundingkan kegiatan yang akan diselenggarakan selama bulan ramadhan. Tentunya akan seru dan juga dapat berbagi terhadap sesama.
Summary :
Being a grantee of VDMS will make us get more links as we can meet more people. Alumni of VDMS East Java often hold some events and activities such as iftar, HIV/AIDS information dissemination, etc. Unfortunately, I didn’t get the chance to participate the events, but from what the group has shared, I can see that all the events were so exciting and had greatly impacted all the participants. Now, we are all discussing about what is the next event that we will hold during Ramadan. I hope I can join the next event.
4. Nathalialie Djaja Waluja
“ Waaah keren mbak Nathalie! “ yaa itu lah kesan pertama yang sering saya dapat dari teman- teman VDMS saat berpartisipasi lebih dalam di sie publikasi dan desain kostum. Jadi dari situ jelas tahu bahwa nama saya adalah Nathalialie Djaja Waluja, panggilnya bisa Nathalia atau Nathalie juga boleh. Saya seorang mantan penerima beasiswa VDMS Arsitektur di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Kristen Petra Surabaya yang bergabung tahun 2012-2013. Dan sebagai Arsitek di kantor Kontraktor Jl Ngagel ksempatan saya untuk meng’upgrade skill photoshop dan desain saya jelas tertuang banyak di kegiatan- kegiatan VDMS ini.
Awalnya saya tidak mengenal sama sekali anggota dan apa itu kegiatan-kegiatan di VDMS RR Jatim-Bali. Bahkan saat pertemuan pertama saja yang mewakili dari UKP adalah saya sendiri. Cukup minder dan malu sih, kenapa hubungan Petra dengan VDMS sepertinya tidak sebaik dengan kampu-kampus lain, bahkan muncul istilah bahwa Petra tidak butuh VDMS, benar atau tidaknya yang jelas saya pribadi tidak merasa seperti itu. Terbukti dengan dimulainya perkenalan dengan teman-teman alumni VDMS yang kocak dan beberapa senior- senior VDMS yang welcome banget, hingga sampai sekarang mereka semua turut membantu dan memberi ide mengaktifkan kembali RR Jatim – Bali yang sempat punah, bahkan yang diluar dugaan menjadi juara II dalam ajang The Best RR 2015, sungguh teramat sangat diluar dugaan.
Menjalani hari sebagai bagian dari alumni Jatim selain membuat saya melatih skill desain saya menjadi tahu apa itu peduli, berbagi, termasuk belajar dengan orang-orang yang “berbeda”. Berbeda disini memilki arti yang positif guys, misalnya seperti kegiatan berbuka bersama dengan sahabat plato, menurut saya itu kegiatan paling berkesan karena saya melihat langsung apa itu dan bagaimana kondisi sahabat-sahabat mantan narkotika dan beberapa kegiatan mereka yang tidak melulu berkaitan dengan hal negatif. Karena bagaimana pun mereka sama seperti kita, layak dan pantas untuk hidup normal seperti anak-anak remaja lain. Bergabung dan memulai itu memang tidak mudah, praktek tidak semudah teori, semua butuh proses tapi satu yang saya yakini bahwa everything must be happen for a reason, jadi buat para Grantee kedepannya, saya yakin kalian bisa lebih hebat dari kami dan percayalah bahwa semua pasti akan ada hasil pada akhirnya. Terima kasih.
Summary:
I am Nathalialie Djaja Waluja, a VDMS alumna. I got the scholarship in 2012 to 2013 when I was studying architecture in Petra Christian University. At the first time I joined VDMS RR East Java-Bali, I was really shy, especially because I was the only one came from my university at that moment. However, when I got to know other VDMS alumni and seniors, I found out that they are actually friendly and welcome. They are also so helpful in reactivating RR East Java-Bali that in 2015, we unexpectedly became the second winner in The Best RR 2015. Being a part of VDMS does not only let me sharpen my skills, but it also makes me understand how to care, share, and learn together with people coming from different background. As for example, when I got the chance to join iftar with sahabat plato (a community where all ex-drug addicts gather) and I now understand about how they live. I am now aware that they are just humans, like us, and they also have right to live normally. I believe that everything is a process, and everything must be happen for a reason. So, for other grantees and alumni, I believe that all of you can be better than us and believe that you will reap what you have sown.
5. Riza Rahmah Angelia – VDMS grantees from Institute Technology Sepuluh November, Surabaya (ITS)
Perkenalkan saya Riza, mahasiswa Surabaya, tak lain tak bukan hanyalah seorang Grantee VDMS sejak 2015. Namun, kisah saya menjadi seorang grantee tak bisa dibilang ‘hanya’ sekedar kisah, tetapi seperti harta karun yang bila memiliki niat untuk mencari, maka kita akan menemukannya. Melalui newsletter ini, saya akan berbagi pengalaman. Bukan pengalaman saya, seorang grantee, tapi ini pengalaman kami, grantees dan alumni VDMS. Pengalaman kami yang tentu saya pun ikut merasakannya.
Bermulai dari undangan acara pertama yang saya ikuti adalah Big Bang Alumni Meeting Surabaya tahun 2015. Begitu mewah saya kira dengan undangan pribadi melalu surel menggunakan bahasa internasional dan mengharuskan penerimanya melakukan tanda tangan persetujuan bila bersedia memenuhi undangan tersebut. Ketertarikan saya dimulai dari sini, tidak pernah terpikirkan Big Bang ini menambah kesan awal yang begitu hebat. Selain bertemu dengan para alumni penerima beasiswa VDMS yang telah sukses dengan karirnya, juga kami dipertemukan dengan Mr Onno (Onno de Fouw), Penanggung Jawab Asosiasi Alumni. Pure, bahasa Inggris yang diucapkannya, berat, logat kental pria Belanda. Kami dikenalkan tentang sejarah VDMS dimana yayasan ini dulunya dibangun karena ide di zaman kehidupan Ibu Kartini untuk memajukan pendidikan bersama orang-orang Belanda yang membantu di zamannya terdahulu. Nah, disinilah sejarahnya yayasan ini didirikan tak lepas untuk memperjuangkan pendidikan di era Kartini.
Selain itu, kita diajarkan tak hanya peka isu nasional, melainkan isu internasional, saat itu dimana Kota Paris sebagai contohnya, sedang dilanda kebakaran hebat. Dari situlah kita belajar untuk saling mendukung aksi di bumi kita untuk mitigasi pemanasan global. Perjalanan Mr. Onno menemui grantees di Kupang untuk ikut pembenahan lingkungan saja sudah membuat grantees Surabaya yang hadir saat itu tergerak untuk aksi. Kejantanan para grantees Surabaya terlihat dengan antusiasmenya dalam merancang beberapa proyek luar biasa yang sangat bagus dan inovatif untuk mendukung lingkungan Surabaya agar tetap bersih. Mulai dari tata lingkungan hijau di Surabaya yang tidak merata, lingkungan pesisir pantai hingga solusi untuk air tanah yang kurang bagus di Surabaya. Sayangnya, hal tersebut belum terealisasi hingga kini. Tersaingi dengan kegiatan para alumni. Ketangguhan alumni yang sangat gencar dengan kegiatan sosialnya, walaupun bukan lingkungan seperti yang para grantees idekan dengan luar biasa saat itu. Belum sempat saya ikut serta dalam satu pun kegiatan, lagi-lagi saya bangga dengan para alumni. Mulai dari berbagi donasi dengan anak gizi buruk dan HIV Aids pada November dan Desember 2015, simulasi TOEIC, sosialisasi bahaya rokok, berbagi bersama anak kanker, mengajar bersama sahabat Vandeventer, hingga peduli bencana asap. Sungguh menyesal saya tidak mengetahui dan tidak ikut aksi alumni turun ke masyarakat saat itu.
Hingga pada akhirnya kegiatan meeting regional Surabaya ke-20 di Unair Surabaya, Februari lalu. Disini saya bertemu dengan berbagai teman-teman dari background yang berbeda-beda, disatukan dengan 3 materi selama 3 hari, yaitu perencanaan karir sesuai dengan kemampuan dan minat diri, kepemimpinan, kemampuan komunikasi dan menjual diri. Tak hanya itu, kita diajarkan kekompakan, dengan berbagai permainan yang menguras pikiran yang memaksa kita untuk kerja tim. Beruntungnya, se-regu bisa menyatukan visi selama tiga hari. Alhasil, regu kami menjadi regu terbaik. Sungguh keberhasilan RM surabaya, hingga kita saat itu tetap rekat dengan seregu mahasiswa Surabaya dan Malang. Sekelompok menghabiskan waktu untuk berlibur sekedar menyapa teman satu visi kita. Itu keberhasilan luar biasa yang dirasakan saya dan teman-teman. Sekali lagi, semua bergantung kepada diri masing-masing. Apakah tetap diam mengikuti arus VDMS atau mencari ‘treasure’ dari sana.
Sama halnya bangga dengan para alumni yang berjibaku menyelenggarakan kegiatan sosial. Namun, sayang masih banyak grantees yang tidak tahu atau tidak ingin turun karena dirasa kurang menarik. Sekali lagi, semua bergantung kepada diri grantees dan alumni masing-masing. Harta karun yang sempurna. Tak hanya, meningkatkan kepribadian, soft skill dari segala bentuk pelatihan di program beasiswa ini juga, kita bisa mempererat tali persaudaraan antar sesama grantees dan terjun ke masyarakat. Inilah yang sempurna, kebahagiaan tak hanya dirasakan oleh kita, melainkan seluruh lapisan orang-orang di sekitar kita.
Summary:
Being a VDMS grantee is not just a grantee. It is a treasure to those who realize what treasure really is. I realized it when I was invited to Big Bang Alumni Meeting in 2015. I was amazed by Mr. Onno’s presentation. That was the first time I knew VDMS as well as alumni and their activities well. As a VDMS grantee, I am a lucky person that I got a chance to join VDMS Regional Meeting. It was also the time that I received soft skills in career planning, leadership, and communication. To be honest, I also would like to implement the plan that we (my friends in the group and I) planned at Big Bang Meeting. Unfortunately, our plan has not been realized to now. This treasure is perfect, yet not everybody realizes it well.
6. Annisa Taqwa Zazi Muslim, VDMS Alumna from Hang Tuah University, Surabaya (UHT)
Pada awalnya, saya benar-benar belum mengenal apa itu Alumni Association dan kegiatan apa saja yang dilakukan. Namun setelah mengetahui dan mengenal lebih dekat, bahagia bisa menjadi salah satu anggota alumni VDMS Jatim-Bali. Selain bertambah saudara, bertambah pula kebersamaan, kekeluargaan untuk bergandeng tangan mengumpulkan secuil ide yang teraplikasi dalam kegiatan yang bisa bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Setelah lepas dari kegiatan kemahasiswaan di wilayah kampus, VDMS Jatim bisa menjadi wadah yang tepat untuk tetap menyalurkan hasrat berkegiatan sosial serta meningkatkan kompetensi diri. Melalui VDMS jatim, jiwa kepemimpinan, kerja sama, toleransi, koordinasi dan tanggungjawab dapat berkembang lebih baik lagi.
Summary :
Getting closer to VDMS makes me happier as one of VDMS family members especially RR East Java – Bali. It is not only widening network, but also togetherness as a family to combine small ideas in meaningful activities for one self and others. Apart from campus’ activities, RR East Java – Bali is a very suitable place to have real acts and improve self-competence covering leadership, cooperation, tolerance, coordination, and responsibility.
A2A E – Newsletter Vol. 51 | VI | 2016
June 2016