Kalimat itu yang harus kita tanamkan sebagai seorang pemuda Indonesia yang selalu menginginkan kemajuan. Bukan mau berbicara omong-kosong atau sekedar mengajak pemuda berlega hati. Memang kenyataan bahwa itu bukan masalah besar. Mengapa? Karena masalah besar yang kita hadapi saat ini adalah rasa takut dan ketidakpercayaan diri. Kita sudah terlampau jauh memikirkan masalah dampak krisis global yang sangat mendunia. Tanpa kita sadari bahwa di negara kita ini banyak sekali aset Tuhan yang bisa kita jadikan solusi dalam pemecahan masalah tersebut.
Salah satu asetnya adalah kita sendiri (pemuda) dan kekayaan alam. Tiga ratus lima puluh tahun Indonesia dijajah oleh Belanda yang ingin menguasai sumber daya alam kita karena kaya akan rempah-rempah. Berbagai jenis rempah-rempah yang tidak tumbuh di negara lain tumbuh di tanah Indonesia. Luar biasa bukan? Berapa jumlah industri kecantikan di dunia? mereka akan sangat membutuhkan rempah-rempah yang keberadaannya di negara mereka sangat kurang. Mengingat negara mereka sudah penuh dengan gedung-gedung perkantoran. Selain itu, hampir setiap kota di dunia memiliki sesuatu yang khas yaitu kuliner. Sekarang siapapun orangnya, ke mana ia pergi pasti mencari kuliner yang khas. Hampir di setiap sudut jalan berdiri restoran-restoran karena semakin tingginya permintaan masyarakat akan kepuasan di tingkat kebutuhan pangan. Dunia usaha atau bisnis kuliner telah mengalami kenaikan yang sangat signifikan pada dekade terakhir ini. Semakin banyak warga masyarakat di negara Indonesia tercinta ini yang kreatif dan telaten memproduksi atau sekedar menjualkan produk-produk kuliner tertentu.
Contoh kekayaan lainnya adalah limbah. Adanya potensi sumber daya alam lokal yang sangat besar yaitu limbah tempurung kelapa hendaknya dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan, dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi maka beberapa hasil samping pertanian kelapa khususnya tempurung dan sabut dapat diolah menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi, seperti arang tempurung kelapa yang sangat potensial untuk diolah menjadi arang aktif dan asap cair yang dapat dikembangkan menjadi berbagai produk yang multifungsi, bisa sebagai pengawet, disinfektan bahkan pupuk organik.
Contoh lainnya, jika kita lihat dari sektor peternakan, banyak ditemukan kemerosoton pendapatan sapi potong dikarenakan sapi yang kurus. Sapi yang kurus tentunya akan mempengaruhi produktivitas ternak. Kurusnya sapi-sapi potong tersebut dapat dikarenakan parasit cacing yang berkembang di dalam sistem pencernaan sapi yang berasal dari hijauan yang mereka makan. Apa peran pemuda di sini? Pemuda harus mampu mecari celah dengan memberikan solusi terhadap masalah yang ada dan mendatangkan keuntungan bagi pemuda itu sendiri. Tanaman obat yang dapat digunakan sebagai anti parasit cacing adalah temulawak dan temu ireng. Tentunya akan sangat menguntungkan berbagai pihak jika kita mampu mengembangkan suatu produk obat-obatan untuk mengatasi masalah cacingan tersebut. Akan lebih bagus jika kita mampu membudidayakannya, mengingat angka peternakan di Inonesia yang cukup tinggi sehingga produk tersebut pasti akan sangat dibutuhkan.
Nah, sekarang mengapa pemuda memiliki potensi yang sangat besar bagi Indonesia di tengah krisis global? Tentu saja, karena pemuda memiliki peran yang sangat besar dalam pembangunan negara-pemuda yang peka tentunya. Pemuda penuh dengan solusi. Pemuda yang peka akan berfikir bahwa semua masalah yang ada terjadi di negara kita hanya dapat diselesaikan oleh kita, bukan orang lain. Kita tidak perlu meminjam uang untuk membayar hutang. Tapi kita harus bekerja. Kita tidak perlu menjual harta benda yang kita kita punya untuk menghasilkan uang. Tapi bagaimana mengolah harta benda yang kita punya sehingga menghasilkan uang dan bisa membayar hutang. Kita harus bias menjadikan suatu barang yang terlihat biasa menjadi sebuah sebuah benda yang memiliki nilai guna. Kekayaan alam di Indonesia, banyak yang terabaikan sia-sia. Pemuda yang peka akan mampu berfikir bahwa menjadikan kekayaan alam sebuah bisnis untuk meningkatkan perekonomin Indonesia. Berapa banyak industri kuliner baik kelas menengah maupun atas yang ada di Indonesia saat ini? Seperti yang sudah dikatakan dia atas, tentunya mereka akan sangat bergantung dengan rempah-rempah.
Seorang pemuda yang optimis harus berani mengambil resiko, resiko untuk sukses atau resiko untuk belum sukses-karena sejatinya kegagalan tidak pernah ada ketika seseorang telah berusaha, kegagalan hanyalah sebuah cara pandang sesorang menilai suatu hasil. Adapun menjadi seorang entrepreneur muda adalah salah satu langkah yang baik sebagai solusi yang sangat diperlukan terhadap dampak krisis global. Seorang entrepreneur adalah mereka yang mampu mengambil peluang dari berbagai sudut. Dan saat ini keberadaan sumber daya alam hayati adalah suatu potensi bisnis yang sangat menguntungkan untuk meningkatkan perekonomian Indonesia dan menjadikan Indonesia yyang mandiri.
Sebagai pemuda kita harus berani berkata “Kita ini loh yang bisa membawa Indonesia menjadi lebih baik” atau “Kita ini loh penyelamat Indonesia” atau mungkin “Jadilah entrepereneur muda dan Indonesia akan berjaya”. Menjadi seorang entrepreneur tidak hanya mendatangkan keuntungan bagi diri sendiri, namun juga memberikan keberuntungan bagi orang lain karena tentunya akan membuka peluang pekerjaan. Seorang entrepreneur mampu menciptakan kekayaan, bukan mencari kekayaan.
Terlepas dari semua itu, kepercayaan dirilah yang paling penting. Bukan berapa banyak pemuda di Indonesia? Tapi seberapa besar kepercayaan pemuda untuk membangun Indonesia? Kepercayaan dirilah yang harus ditanamkan sejak awal. Sebagai pemuda yang tangguh, kita harus berfikir jauh ke depan dan terus menggali ide-ide kreatif dari hasil pemikiran kita dan permasalahan yang ada. Kita tidak boleh pesimis karena setelah tetua telah tiada, pemudalah yang memegang peran selanjutnya mengembangkan dan memajukan Indonesia ke posisi yang lebih baik.
Indonesia belum terpuruk. Adalah salah ketika orang menyebut Negara Indonesia kian terpuruk. Indonesia hanya sedang diminta untuk berfikir dan beraksi. Dan PEMUDA, ayo kita beraksi ! jadilah seorang “creativepreneur”!
Siti Fathimah
Mahasiswa Universitas Tanjungpura, Pontianak