Sabtu (14/9), Alumni Van Deventer – Maas Stichting (VDMS) Regional Representative Central Java – Yogyakarta dan Teater Maraton mengadakan Drama Musikal ‘Mentari Pagi’. Pementasan ini kerja sama dengan warga Dusun Petung, Hunian Tetap Pagerjurang, Cangkringan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Anak-anak Dusun Petung pun ikut andil menjadi pemeran dalam pementasan yang berdurasi satu jam di Gedung Societet, Taman Budaya Yogyakarta (TBY).
Meski open gate telah diumumkan pukul 19.00 WIB, namun sejak pukul 18.00 WIB para pononton baik yang sudah memiliki tiket atau belum sudah memenuhi Gedung Societet. Antusiasme tampak karena hingga pukul 20.00 WIB saat pementasan sudah berlangsung, masih terdapat penonton yang ingin masuk ke dalam gedung. “Tiket kami sold out, bahkan ada yang mau menonton meski sudah tak tersedia bangku dan mereka duduk lesehan,” tutur Pungky Andriani, koordinator Publikasi dan Dokumentasi Mentari pagi. Panitia Mentari Pagi mematok harga tiket masuk sebesar Rp 10.000,00. Keuntungan dari penjualan tiket tersebut akan disumbangkan kepada Dusun Petung.
Drama Musikal ‘Mentari Pagi’ bercerita tentang kisah nyata kehidupan warga Dusun Petung, Desa Kepuharjo, Kec. Cangkringan, Kab. Sleman, DIY sebelum, ketika dan sesudah erupsi Merapi. Sebelum erupsi Merapi , Dusun Petung merupakan salah satu Desa Wisata yang ada di DIY. Dusun Petung menyuguhkan wisata kesenian seperti tari tradisional dan gamelan. Namun setelah erupsi, geliat kesenian warga Dusun Petung menyurut seiring berpindahnya warga ke Hunian Tetap (Huntap) Pagerjurang. Di rumah yang baru ini, mereka kurang memiliki wadah untuk menyalurkan bakat seninya. “Dengan adanya Drama Musikal ‘Mentari Pagi’, kami berharap dapat menumbuhkan kembali semangat warga Dusun Petung dalam berkesenian,” pungkas Jessica Permatasari, Sutradara dan Penulis Naskah Mentari Pagi.
Sepanjang pementasan, banyak penonton yang tertawa karena tingkah polah pemain terutama anak-anak Dusun Petung yang spontan melucu. Drama Musikal ‘Mentari Pagi’ usai pukul 21.00 WIB, diakhiri dengan pemberian bunga kepada tiap pemain dan penyerahan simbolisasi keuntungan tiket kepada perwakilan warga Dusun Petung. Kesan positif pun terhampar di media sosial melalui akun @teatermaraton. Meski banyak yang menyayangkan volume suara yang kurang besar, namun banyak pula penonton yang mengaku puas. “Pementasannya oke dan lagunya bagus-bagus, sayang dialognya sering nggak terdengar. Tapi overall penampilan anak-anak Dusun Petung kocak, menarik dan menghibur,” ungkap Stefan Toghas yang menonton bersama ketiga temannya.
Annisa Ika Tiwi