“Dilihat dari sisi positifnya, jika RR mau mandiri dan menjadikan ini sebagai suatu proses pembelajaran, sesulit apapun yang dilalui pasti akan ada kegiatan yang dilakukan, semuanya kembali kepada kemauan kita untuk belajar.” -Noy de Araujo
Perjalanan Pak Onno ke Kupang, diawali pada Senin, 7 September pukul 06.30 WIB saat saya menjemput Pak Onno di Hotel Phoenix, Yogyakarta. Setelah menempuh beberapa menit, kami sampai di bandara Adi Sucipto Yogyakarta dan melakukan cek in. Kami masing punya waktu 45 menit sebelum pesawat kami boarding. Saat di ruang tunggu, Pak Onno mengeluarkan iPad nya dan mulai mengetik, beberapa saat dia termenung kemudian mulai mengetik lagi. Kata Pak Onno ini pekerjaan rumahnya. Disela kesibukannya Pak Onno berbalik kepada saya dan bertanya, “Noy apakah kamu sudah punya kegiatan yang akan kamu lakukan jika VDMS tidak membantu secara finansial?” Saya menjawab, “Untuk saat ini saya mempunyai satu kegiatan yaitu melanjutkan kegiatan sebelumnya dengan melakukan pembersihan disekitar tempat penanaman mangrove.” Pak Onno bertanya lagi, “Apakah ide membuat kegiatan di RR akan berhasil jika tidak ada bantuan dari VDMS?” Tentu saja pertanyaan yang disampaikan oleh Pak Onno dalam Bahasa Inggris. Saya menjawab dengan 2 opsi. Dilihat dari sisi negatifnya pasti tidak akan berhasil karena jika RR terlalu berharap pada VDMS dan tidak mau mandiri maka tidak akan ada kegiatan di setiap wilayah RR. Dilihat dari sisi positifnya, jika RR mau mandiri dan menjadikan ini sebagai suatu proses pembelajaran, sesulit apapun yang dilalui pasti akan ada kegiatan yang dilakukan, semuanya kembali kepada kemauan kita untuk belajar.
Tak terasa petugas bandara telah memanggil para penumpang dengan tujuan Surabaya untuk segera naik pesawat. Kami pun segera bergegas untuk naik pesawat. Setelah take off, Pak Onno pun kembali mengambil iPad nya dan mulai mengetik lagi, katanya belum selesai mengetik sudah dipanggil, jadi ada beberapa hal yang belum diketiknya. Sedangkan saya mulai terlelap.
Hanya butuh waktu 50 menit, akhirnya kami tiba di Bandar Udara Juanda Surabaya. Setelah melapor pada petugas transit, kami berhenti sebentar di sebuah kedai kopi, untuk mengisi energi kami kembali. Sambil menunggu pesanan kami, Pak Onno (lagi-lagi) mengetik menggunakan iPad nya. Walaupun begitu, banyak hal juga yang beliau tanyakan, mulai dari pekerjaanku hingga keluargaku. Setelah itu, kami ke ruang tunggu keberangkatan. Saya pun bertanya, apa yang ingin disampaikan pak Onno pada pertemuan Selasa esok. Pak Onno ingin berbicara mengenai semangat yang ditinggalkan oleh Mr. Coen van Deventer dan Mrs. Besty van Deventer Maas dan ingin melakukan tanya jawab dengan Alumni maupun Grantees.
Selesai mengerjakan pekerjaan rumahnya, Pak Onno meminta saya melatihnya bahasa indonesia, katanya Pak Edwin dan Pak Ben dapat berbahasa Indonesia dengan cukup bagus, sedangkan Pak Jan -walaupun tidak dapat berbicara dengan baik- tapi dapat menerjemakan dengan baik di otaknya saat ada yang berbicara menggunakan Bahasa Indonesia. Sedangkan Pak Onno tidak berbicara maupun mengerti bahasa Indonesia sehingga Pak Onno ingin sekali belajar.
Dalam perjalanan ke Kupang tidak banyak yang dibicarakan, Pak Onno hanya memotret pemandangan dibawah pesawat yang begitu indah dan saat mendekati Kupang Pak Onno mengatakan ternyata Kupang sangat panas dan gersang sehingga butuh air yang lebih banyak. Setelah pesawat mendarat, tepatnya jam 4 sore kami menuju hotel tempat Pak Onno menginap. Sedangkan saya meneruskan perjalanan ke tempat penginapan saya dan berjanji akan bertemu lagi sejam kemudian karena Pak Onno ingin jalan-jalan.
Saya terlambat 15 menit dari perjanjian tadi. Jalan-jalan sore ini kami lakukan dengan mengunjungi tempat pembuatan Sasando (Alat Musik Tradisional dari NTT) di Oebelo.
Dari tempat pembuatan Sasando, kami langsung menuju ke tempat makan malam bersama di Bakso Tembak Senayan, Penfui, saat itu waktu menunjukkan pukul 18.30 WITA. Kami datang lebih cepat 30 menit dari yang direncanakan. Kami menunggu sambil bercerita dan tak terasa semuanya sudah berkumpul. Pak Onno meminta kami duduk sesuai urutan nama yang ditulisnya agar Pak Onno dapat mengingat setiap orang dalam pertemuan malam itu.
Makan malam pada Senin, 7 Oktober pukul 7 malam ini di hadir oleh 12 orang, yaitu Pak Umbu Dawa (PIC UKAW), Pak Theo Suban (PIC Uyelindo), Pak Frans Likadja (PIC UNDANA), Pak Zakarias (Alumni dan Mantan PIC Undana sebelumnya), Serly Anawoli (Public Relation RR Kupang), Corry Bukang (Group Leader Uyelindo), Ratna Sumby (Group Leader UNDANA), Karolina Saltini (Group Leader UNWIRA), Nofri Umbu (Ketua Panitia Kegiatan TOEFL Tips dan Tricks), Agustinus Fahik (Grantee dari UNWIRA, Pak Frans Wayan meminta untuk menggantikan beliau), saya sendiri dan Pak Onno.
Dalam makan malam ini kami membicarakan mengenai pertemuan yang akan diadakan pada esok harinya dan mengenal satu sama lain lebih dekat lagi. Pertemuan ini juga menambah satu agenda tambahan yaitu mengadakan pertemuan dengan Rektor atau Pembantu Rektor 3 dari Undana serta mengadakan pertemuan dengan Rektor dari UKAW. Makan malam ini berlangsung selama 2 jam dan di akhir makan malam kami berfoto bersama. Sambil menghirup udara pada malam hari dengan berjalan kaki, kami (Saya, Ratna, Serly dan Nofri) mengantar Pak Onno ke depan hotelnya karena jarak hotel tidak jauh dari tempat makan malam. Kegiatan pada malam hari pun berakhir.
Selasa, 8 Oktober, Pak Onno akan bertemu dengan semua Alumni dan Grantees. Kegiatan hari ini dimulai jam 8 tepat saat saya, Pak Onno dan Pak Frans Likadja menuju gedung rektorat UNDANA di lantai 2 untuk bertemu dengan Pembantu Rektor 3 atau PR 3 (Bapak Ir. Maximilian M. J. Kappa, M.Agr. Sc). Pertemuan ini berlangsung selama 50 menit, dalam pertemuan ini banyak hal yang dibicarakan. Beberapa hal yang disampaikan PR 3 Undana adalah :
- Mengingikan VDMS memberikan bantuan juga dalam bentuk barang, misalnya buku-buku pelajaran karena kemampuan ekonomi yang sangat rendah sehingga tidak semua dapat membiayai kelangsungan hidup mereka dalam bangku kuliah.
- Mengharapkan diadakannya kegiatan-kegiatan seperti Enterpeneurship yang lebih sering agar dapat membuka pola pikir para penerima dalam memcari pekerjaan karena kesempatan kerja di Provinsi NNT sangatlah rendah. Serta mengadakan kegiatan-kegiatan yang membangun.
- Mengharapkan kerjasama antar Alumni dan Grantees lebih diperkuat lagi.
- Mengadakan kegiatan VDMS di Undana.
- Mengharapkan penerima beasiswa lebih banyak lagi.
- Memberikan kesempatan kerja pada pencari kerja.
Waktu menunjukkan pukul 08.50 wita, masih 1 jam 10 menit lagi sebelum pertemuan di UKAW (Universitas Artha Wacana Kupang). Kami memanfaatkan waktu yang ada dengan berkunjung ke Pantai Lasiana, salah satu tempat wisata di Kota Kupang. Angin sepoi-sepoi dan udara yang meyejukkan, membuat hati senang dan pikiran lebih segar.
Pukul 09.20, kami sudah berada di lingkungan UKAW tepatnya di Fakultas Perikanan dan disambut oleh PIC dari UKAW Mr. Umbu Dawa. Di Fakultas Perikanan kami di ajak untuk mengunjungi Mata Air Hitam yang merupakan sumber mata air di UKAW. Setelah mengunjungi mata air hitam Pak Onno masih menyapa mahasiwa disekitar Mata Air Hitam yang sedang mengerjakan tugas.
Kami pun kembali ke Fakultas Perikanan. Disana Pak Umbu beserta keluarga besar Fakultas Perikanan memberikan cenderamata untuk Pak Onno, yaitu Selendang dari Kabupaten Rote.
Perjalanan kami lanjutkan ke kantor Rektorat UKAW. Bersama Pak Umbu Dawa, kami menemui rektor UKAW (Bapak Franky Jan Salean, ST, MT) dan waktu sudah menunjukkan pukul 09.50 WITA. Pak Onno berbicang-bincang bersama Pak Franky selama 30 menit, yang dibicarakan sebagian besar sama dengan yang dibicarakan dengan Pak Maximilian, hanya saja pak Franky juga mengharapkan agar sistem seleksi penerima beasiswa VDMS lewat seleksi di universitas, karena selama ini seleksinya melalui PIC.
Pukul 10.20 WITA, kami menuju ruangan aula, di dalam aula sudah penuh dengan alumni dan grantees. Saya terkejut, tak disangka pesertanya banyak. Pertemuan yang saya sebut “Mini Gathering” menjadi “Big Gathering”. Dengan melihat pesertanya saja saya begitu senang. Pertemuan pun dimulai dengan bantuan Serly Anawali (Public Relation) menjadi penerjemah karena bahasa inggris sebagai besar peserta tidak begitu bagus tapi kami semua berusaha sebaik mungkin agar dapat bekomunikasi dengan Pak Onno.
Pada sesi pertama Pak Onno menjelaskan mengenai semangat yang ditinggalkan Mr. Coen van Deventer dan Mrs. Besty van Deventer Maas. Pak Onno bercerita mengenai semangat yang ditinggalkan dan yang Pak Onno bawa saat ini. Pak Onno pun mengharapkan kami semua untuk tetap semangat dalam belajar maupun mengikuti kegiatan alumni. Pak Onno bercerita tidak terlalu lama karena ingin membuka sesi tanya jawab bersama para peserta, diawali pertanyaan dari Pak Onno : “Apa yang diharapkan kami semua dari VDMS?” dan “Kenapa kami semua tertarik mengikuti kegiatan ini?”
Jawaban yang diberikan para peserta beragam, bahkan ada yang menjawab dengan memberikan pertanyaan. Dari semua jawaban, yang diharapkan para peserta yang merupakan alumni dan grantees adalah mengharapkan bantuan VDMS dalam mendukung segala yang dilakukan alumni dan memberikan lebih banyak beasiswa kepada yang membutuhkan. Selain itu, mereka juga mengharapkan VDMS melakukan kegiatan untuk grantees yang lebih banyak lagi selain Leadership Conference dan Enterperneurship.
Selain pertanyaan dan harapan-harapan tersebut, para peserta pun tertarik mengenai sejarah Beasiswa Van Deventer Maas Stichting. Hal ini disebabkan hingga saat ini sebagian besar alumni maupun penerima tidak mengetahui mengenai sejarah Beasiswa Van Deventer Maas Stichting di Indonesia. Oleh karena itu, alumni, grantees maupun PIC yang hadir dalam pertemuan bersama Pak Onno sangat mengharapkan agar dapat memperoleh buku “LEARN SHARE ENCOURAGE-100 years Van Deventer-Maas Stiching 1913-2013”.
Waktu sudah menunjukkan pukul 12.30 WITA, saatnya makan siang. Setelah makan siang, acara selanjutnya adalah laporan singkat dari saya sebagai ketua AA RR Kupang. Saya menyampaikan hasil rapat di Yogyakarta mengenai kegiatan yang akan diadakan oleh AA di setiap RR tidak akan didanai oleh VDMS secara langsung untuk 6 bulan ke depan dan bahkan mungkin untuk seterusnya. Saya juga mengajak teman-teman alumni dan grantees untuk bekerja sama untuk mengadakan kegiatan-kegiatan lainnya yang lebih kreatif dan membangun serta dapat membangun pribadi kita masing yang lebih mandiri. Saya juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua teman-teman alumni, PIC dan grantees yang selama ini telah bekerja sama dengan sangat baik sehingga semua kegiatan di RR Kupang dapat berjalan dengan baik.
Sesi terakhir dalam pertemuan di aula UKAW adalah penyerahan cenderamata dari Alumni dan PIC Uyelindo dan foto bersama.
Melihat Pohon Alumni
Bagian terakhir dari pertemuan dengan Pak Onno adalah mengunjungi Pohon Alumni di sekitar lingkungan UKAW yang sudah ditanam oleh alumni dan grantees Desember tahun lalu.
Pada saat mengunjungi Pohon Alumni, Pak Onno heran karena beberapa pohon tidak berkembang dan sangat kering serta sangat mengharapkan agar Pohon Alumni ini dijaga dan dirawat dengan baik. Walaupun ada Pohon Alumni yang pertumbuhannya tidak bagus, namun ada juga Pohon Alumni yang bertumbuh sangat bagus sehingga sedikit menghibur kekecewaan Pak Onno.
Pengecekan Mangrove
Setelah mengunjungi Pohon Alumni, kami mengunjungi tempat Penanaman Mangrove. Mangrove di sana ditanam oleh alumni dan grantees beberapa bulan yang lalu. Dalam perjalanan, ke tempat penanaman Mangrove beberapa teman bersama Pak Onno, tidak langsung ke tempat penanaman karena jalur yang mereka pilih salah sehingga harus melakukan perjalanan dengan jalan kaki sekitar 200 sampai 300 m sebelum tiba di tempat penanaman mangrove. Sepanjang perjalanan Pak Onno menemukan sampah yang berserakan dimana-mana, dan beliau sangat kecewa. Kami tidak bisa berbuat banyak sebab kesadaran akan kebersihan lingkungan di sekitar pesisir pantai agak sedikit kurang. Sebagai tindak lanjut, kami akan berusaha melakukan tindak pemeliharan mangrove di pesisir pantai dengan membersihkan sampah-sampah yang ada. Semoga kami dapat melakukannya dengan baik, sehingga mangrove-mangrove yang ditanam pun dapat tumbuh dengan subur.
Setelah mengunjungi tempat penanaman mangrove, waktu sudah menunjukkan pukul 15.15 WITA. Saya dan beberapa teman alumni (Serly, Jeremi, Corry dan Jeany) mengantar Pak Onno ke hotel. Esok paginya Pak Onno melanjutkan perjalanan ke Surabaya untuk mengadakan pertemuan dengan teman-teman alumni dan grantees di sana.
Hari yang luar biasa. Terima kasih untuk semuanya.
Salam,
Noy de Araujo