Written by Rizqy Fachria, VDMS alumna from Bogor Agricultural University (IPB), Bogor
Pangan adalah soal hidup matinya bangsa, kata Bung Karno kala itu. Pertanian Indonesia harusnya mampu memenuhi pangan Indonesia dan mensejahterakan petaninya. Namun, apa yang terjadi saat ini adalah sebaliknya. Pangan di negara ini masih harus disuntik dari negara lain dan petani Indonesia masih banyak yang hidup dibawah garis kemiskinan. Mengapa? Teknologi dan inovasi pertanian masih belum sampai ke tangan petani, sehingga kualitas dan kuantitasnya pun tidak dapat memenuhi permintaan konsumen. Selain itu, banyaknya kecurangan yang dilakukan oleh para tengkulak semakin memperparah perekonomian para petani.
Masyarakat tidak bisa hanya menunggu pemerintah untuk menyelesaikan masalah ini. Alfi Irfan, pemuda yang berhasil mencontohkan bahwa kita mampu membantu petani. Bulan Oktober 2013 Alfi Irfan mendirikan Agrisocio. Agrisocio adalah social enterprise yang bergerak di bidang pertanian lokal. Agrisocio berawal dari permasalahan tengkulak dan kurangnya teknologi yang sampai ke petani di sekitar desa Benteng, Bogor, Jawa Barat. Petani jahe di sana memiliki pendapatan yang kecil dari hasil penjualan jahe mereka. Padahal jika jahe tersebut diolah menjadi suatu produk akan meningkatkan nilai tambah dari jahe tersebut. Maka, Alfi membuat produk minuman rempah dengan bahan dasar jahe, Indorempah. Tidak hanya Indorempah, selain itu juga ada KingChips. KingChips adalah snack Indonesia “Opak” yang terbuat bahan dasar singkong (http://agrisocio.com/).
Agrisocio membantu petani untuk mengolah hasil pertanian mentah hingga menjadi produk akhir yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Mulai dari pengolahan pasca panen, pemasaran, model bisnis, branding, metode hulu hingga hilir. Dalam proses pembuatan produk Alfi bekerja sama dengan para istri petani yang sebelumnya tidak memiliki pendapatan. Agrisocio telah berhasil meningkatkan kesejahteraan petani.
Indonesia pun menghadapi masalah regenerasi petani. Berita dari LIPI, menyatakan minat bertani generasi muda menurun, Indonesia terancam krisis petani (http://lipi.go.id/berita/minat-bertani-generasi-muda-menurun-indonesia-terancam-krisis-petani/10836). Menurut generasi zaman sekarang, pertanian itu tidak keren, harus berurusan dengan tanah dan membutuhkan kesabaran tinggi. Untuk menjawab permasalahan ini, Agrisocio mengadakan program social incubator program bagi mahasiswa di sekitar Bogor. Mereka akan diajarkan bagaimana caranya membangun sebuah bisnis pertanian yang menguntungkan dan berdampak sosial. Indonesia membutuhkan pemuda yang memberi perhatian besar ke sektor pertanian.
Sedikit cerita pengalaman saya saat volunteeer di Agrisocio. Saya tergabung di tim marketing Agrisocio. Tugas kami mengenalkan Agrisocio kepada masyarakat dan menjual produk Indorempah dan KingChips. Pengalaman saya di Agrisocio termasuk yang paling berharga. Memahami masalah pertanian di Indonesia, mengetahui bagaimana sebuah tujuan sosial dicapai dengan bisnis, dan terakhir sedikit berkontribusi meningkatkan kesejahteraan petani. Satu hal yang paling ditekankan pada kami saat menjual produk adalah selalu mengingat bagaimana sulitnya petani menanam, memelihara dan memanen tanaman di sawah. Apakah tega menghargai kerja keras petani dengan harga murah? Semangat petani menjadi semangat kami menjual produk. Mengenalkan produk dari rumah ke rumah, mengikuti pameran produk pertanian dan mengenalkan ke teman dan dosen di kampus. Bahkan teman sejurusan melabeli saya dengan Indorempah.
Jadi, masih menganggap pertanian itu tidak keren? Ayo hilangkan stigma jelek pada pertanian dan ubah pertanian Indonesia jadi keren. Pertanian masih memiliki banyak ruang kosong yang perlu diisi para pemuda. Generasi zaman sekarang bisa memanfaatkan pengetahuan teknologi modern ke bidang pertanian. Kalian bisa memotong rantai distribusi Indonesia yang panjang dengan aplikasi keren. Mengantarkan teknologi pertanian tepat guna ke petani. Membuat produk yang WOW untuk memberikan nilai tambah pada hasil pertanian. Mengajak petani untuk mengemas dengan baik hasil pertanian pun bisa menaikkan harga di tingkat petani. Pilih satu ruang kosong yang mau kalian isi. Untuk pertanian Indonesia yang sejahtera. Mengembalikan identitas Indonesia sebagai negara agraris.
Summary :
In his article, Rizqy Fachria brings to forth two problems facing Indonesian farming sector. One is the lack of quantity and also quality of Indonesian food production. The other is the lack of interested on youth to continue their predecessor job as farmers. With these two problems, Rizqy proposes that the key is on the hand of the youth. Giving concrete examples, she notes the solution provided by Agrisocio, a social enterprise focusing on local farming sector, including its food processing and marketing; and its social incubator program.
A2A E – Newsletter Vol. 68| X | 2017