Written by Elisabet A. Werang, VDMS Alumna from Widya Mandira Catholic University (UNWIRA), Kupang

Sebagai seorang dosen junior di sebuah universitas swasta di Nusa Tenggara Timur hanya dengan gelar S1 di bidang Bahasa Inggris, saya paham betul bahwa dibutuhkan usaha lebih untuk dapat meningkatkan kualitas dan kompetensi diri dengan bertekat mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi. Namun, mahalnya biaya program S2 menjadi satu kendala. Tidak putus asa ternyata setelah sharing dan mencari solusi lebih jauh, akhirnya saya mengenal program Australia Awards Scholarship (AAS). AAS adalah program beasiswa pembangunan yang disponsori oleh pemerintah Australia sejak 1951 AAS yang terbuka bagi mereka yang ingin melanjutkan pendidikan S2 atau S3 (long term award). Beasiswa ini bertujuan untuk meningkatkan SDM negara-negara partisipan dan memperkuat hubungan Australia dengan negara-negara tersebut.

Pada awal tahun 2015 saya memberanikan diri melamar dan berhasil lolos tahap seleksi administrasi. Namun karena persiapan yang kurang memadai saat itu dan juga dewi fortuna belum berpihak pada saya, maka saya harus berusaha lebih untuk mendapatkannya. Pemberitahuan resmi dari pihak AAS dengan feedback yang baik menjadi patokan bagi saya untuk memperbaiki performa diri di kemudian hari. Pada tahun 2016 saya kemudian mencoba lagi program bergengsi ini. Seleksi administrasi berhasil saya lewati, kali ini saya tidak akan menyanyiakan kesempatan untuk kedua kalinya. Saya kemudian mengajukan permohonan cuti ke pihak universitas tempat saya berkerja untuk mempersiapkan diri selama satu minggu sebelum wawancara dan IELTS.

Jika ditanya kendala apa yang saya temui selama proses pendaftaran dan seleksi, saya rasa adalah memastikan aplikasi saya lebih baik dari “lawan” saya. Mungkin terdengar egois, namun mengingat program ini sangat kompetitif, saya merasa hal ini cukup logis. Sebagai perbandingan, terdapat 3600 pelamar di seluruh Indonesia pada tahun 2016 untuk keberangkatan 2017 dan sekitar 50% dari angka ini berhasil lolos seleksi administrasi. Namun hanya 330 orang yang pada akhirnya menjadi awardees.

Dengan persiapan yang lebih matang, saya akhirnya lolos menjadi salah satu awardees AAS untuk masa studi yang dimulai awal tahun 2017. Petualangan ini saya mulai dengan memberanikan diri tinggal di sebuah share house bersama 6 mahasiswa dari India, Brazil, Jepang, USA, Belgia dan Australia.

For your information!!!!

Tahapan pendaftaran dan seleksi program AAS

Tujuh (7) tahapan yang perlu diperhatikan termasuk:

  1. pendaftaran daring/online (pendaftaran tahun 2017 dibuka sejak 1 Februari – 30 April) melalui https://oasis.dfat.gov.au/;
  2. pengumuman seleksi administrasi;
  3. IELTS;
  4. Wawancara;
  5. Pengumuman hasil IELTS;
  6. Pengumuman akhir; dan
  7. Pre-departure training.
Important Dates

Important Dates

Jika teman-teman tertarik ingin mendaftar program AAS berikut daftar dokumen yang perlu dipersiapkan:

  1. Salinan akta kelahiran atau yang setara;
  2. Bukti kewarganegaraan seperti KTP atau halaman informasi pada paspor;
  3. Daftar riwayat hidup terbaru;
  4. Serti kat perguruan tinggi resmi (yang disahkan*);
  5. Transkrip nilai perguruan tinggi resmi (yang disahkan*);
  6. Hasil tes bahasa Inggris IELTS atau TOEFL atau PTE akademik terbaru (asli) – hasil tes yang diperoleh tahun 2016 atau 2017 dianggap baru;
  7. Pelamar beasiswa Master harus melampirkan serti kat/ transkrip DIII jika menggunakan sertifikat/transkrip DIV atau Sarjana Ekstensi;
  8. Pelamar beasiswa PhD harus melampirkan serti kat/ transkrip Sarjana;
  9. Referensi akademis dari pembimbing Master bagi pelamar program Doktor; dan
  10. Pelamar program PhD dan Master yang studinya akan mencakup sekurang-kurangnya lima puluh persen penelitian wajib melengkapi rincian proposal penelitian di formulir aplikasi.
AAS Information Day

In University of Queensland, Australia

Note:

  • Setiap tahunnya terdapat sedikit perbedaan tanggal untuk setiap tahapan di atas.
  • Harus disahkan oleh catatan resmi departemen dari lembaga yang menerbitkan dokumen/ atau notaris.
  • Untuk informasi lebih lanjut silakan kunjungi http://www.australiaawardsindonesia.org/

Summary:

Elisabet was a junior lecturer at a private university in Kupang, East Nusa Tenggara. However, her bachelor degree is not sufficient for the job so she decided to apply for Australia Awards Scholarships Program to continue her education in postgraduate level. She applied twice before finally was granted the scholarship. In this brief article she talks about the scholarship program, her preparation, the process she went through, and the obstacles”.

A2A E – Newsletter Vol. 65| VII| 2017

Tagged on:                 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *